Alhamdulillah, Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Lama sekali saya tidak meng-update blog saya ini. Pengunjungnya sih lumayan, paling tidak 100 orang perhari, tapi kebanyakan cuma download murottalnya Thoha Al-Junayd –waffaquhullah-. Padahal, yang saya inginkan dengan blog ini adalah agar tulisan saya dibaca (memangnya ada tulisan kamu? Kan mayoritasnya hasil CP). Setidaknya yang tulisan saya dibaca, begitu. Tapi, dasar saya yang malas menulis sendiri dan juga update blog, al-jazaa’ min jinsil ‘amal, balasan itu sesuai amal seseorang.
Setelah saya merenungi diri saya yang demikian ini, yang tak seaktif dulu (untuk urusan ngeblog), jarang menelurkan tulisan pribadi, dan segudang prestasi buruk yang selama ini saya sandang, ternyata ketemu masalahnya, malas untuk aktif alias pasif.
Malas, penyakit kronis yang memang saya rasakan belakangan ini. Tapi, ketika saya membaca tulisan beberapa kawan di blog mereka, kok mereka bisa begitu enteng dan ringan menulis. Parahnya, tulisan mereka itu bagus dan inspiratif. Lha, saya? Duh, jauh dari kesan seorang penulis (memang bukan penulis, kok! Blogger, tepatnya).
Padahal, yang namanya ide dan inspirasi itu banyak berdatangan ke alam pikir saya. Namun, mengapa tak satu pun ide atau inspirasi itu berubah menjadi kata-kata yang terjalin menjadi sebuah paragraf dalam sebuah artikel menarik?! Aneh, idenya yang salah atau si pemilik ide? Memang benar, banyak orang yang punya ide brilian dan (sebetulnya) bisa memberikan sumbangsih kemanfaatan bagi orang lain. Tapi sayang sekali, mereka tidak menuliskan ide itu sehingga kemanfaatannya lebih tersebar luas. Kalimat itu saya ambil dari seorang penulis, bernama Bob J. Onggo (semoga Allah beri hidayah dia kepada Islam), dalam bukunya “Success with E-book”.
Saya mau cerita sebentar, tentang sejarah penulisan saya, semoga tidak menjemukan. Saya sebetulnya hobi menulis, malahan dari SMP. Waktu itu SMP mau membuat sebuah majalah sekolah, CERIA namanya. Cerdas, beriman, dan bertaqwa. Saya juga yang memberi nama itu (makasih buat Pak Martopo atas bimbingannya). Awal kali majalah itu terbit, kalau tidak salah, saya menulis tentang cara berpakaian siswi sekolah Muhammadiyah itu. Katanya sekolah Muhammadiyah, kok pakaiannya kayak sekolah Kanisius?! Di mana salahnya? Sistem pendidikan sekolah yang acuh terhadap budaya berpakaian siswi yang Islami, atau memang siswinya yang sudah terlanjur kepincut dengan budaya Barat sehingga sebagus apapun sistemnya, tetap saja siswinya bebel; menganggap kuno, kolot, dan sok Islami. Wah, seru deh pokoknya, pro-kontra bermunculan.
Waktu pertama nulis itu, rasanya sudah seperti penulis profesional. Akhirnya terus berlanjut, hingga SMA. Di sekolah ‘Aliyah itu, saya dan 2 orang teman menggagas sebuah bulletin Jum’at yang diterbitkan oleh kelas 1B MAN 2 Yogyakarta, bukan Rohisnya lho. Buletin itu diberi nama An-Naba’, dan di situlah saya semakin aktif menulis, juga teman-teman saya. Alhamdulillah bertahan kurang lebih 1,5 tahun, karena setelah kelas 2, personilnya sibuk, termasuk saya. Akhirnya An-Naba’ bubar, semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang banyak kepada seluruh personil An-Naba’ (tentunya seluruh kelas 1B), guru pembina (Pak Dayun), dan semua yang berperan.
Kelas 3 awal, Alhamdulillah dikenalkan apa itu blog oleh seorang sahabat terbaik saya hingga saat ini, Mas Urwah Al-Bankawi. Pertama dan hingga kini, saya memakai WordPress sebagai blog pilihan saya, mudah dan tidak ribet. Awal-awal dulu, hampir tiap hari saya pasti menelurkan tulisan pribadi, bahkan saking rajinnya ngeblog, nama hanif007 (sebelum ganti jadi hanif019) melegenda di dunia perblogan (halah, dramatis banget).
Intinya, yang ingin saya sampaikan di sini bahwa aktif menulis adalah sebuah aktifitas baik, jika apa yang kita tulis adalah kebaikan. Dan sikap aktif itu harus tetap ditumbuhkembangkan, kapan dan di mana saja. Kalaupun ada orang yang dulunya aktif menulis, terus tiba-tiba tulisannya loyo dan menghilang, mungkin ada 2 penyebab utamanya; sibuk dengan aktifitas selain menulis dan malas.
Nah, kalau sibuk, Insya Allah masih bisa disempatkan barang sebentar untuk menulis. Pak Romi (ilmukomputer) adalah orang sibuk, tapi toh tulisannya masih banyak bermunculan dan bagus. Tapi, untuk masalah kedua, malas, tidak banyak orang bisa selamat darinya. Kecuali yang dirahmati oleh Allah ta’ala. Untuk itu, jangan jadikan malas sebagai alasan bahwa kita tidak lagi bisa menulis.
Kita dihidupkan oleh Allah buka untuk menyerah pada keadaan yang mendesak kita, tapi kita hidup untuk menjadikan keadaan seburuk apapun adalah saat terbaik untuk bersyukur kepada Allah dan memberikan yang terbaik untuk hidup kita dan orang lain. Jangan biarkan rasa malas menjadi budaya hidup kita, baik dalam keseharian, dalam hal menulis, terlebih dalam hal ibadah kepada Allah. Kita diciptakan bukan untuk bermalas-malasan. Semangat! Dan hancurkan batu karang kemalasan itu dari diri kita, sekarang juga…
Semoga beberapa cara di bawah ini dapat membantu kita menghilangkan rasa malas, terutama dalam hal menulis (sesuai obyek bahasan artikel ini):
- Berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar dijauhkan dari rasa malas dalam segala aktifitas, dengan membaca:
- Cobalah untuk blogwalking dan lihat-lihat blog kawan Anda yang lain yang kita rasa lebih baik dan lebih produktif dalam menulis. Cara ini terbukti berhasil memprovokasi kita untuk ‘iri’ kemudian ingin untuk menulis seperti itu dan lebih baik lagi.
- Jangan berkawan dengan para pemalas. Ingat bahwa seseorang itu akan seperti teman yang dia dekat dengannya. Ingat juga bagaimana Rasulullah mengumpamakan teman yang baik dan teman yang buruk.
- Bacalah tulisan-tulisan motivasi dari para motivator yang Anda rasa bagus dan benar-benar inspiratif bagi Anda; Aris Ginanjar, Mario Teguh, atau siapapun itu asal motivasi yang diberikan adalah motivasi positif dan membangun.
- Terus berlatih menulis dan jangan takut untuk mempublish tulisan Anda, bagaimanapun kualitasnya. Jangan bayangkan sesuatu yang buruk yang belum tentu terjadi pada tulisan Anda. Biarkan ‘konsumen’ yang menilainya dan itu akan menjadi sebuah perbaikan yang berarti buat kita. Hal ini akan membuat kita terus merasa harus bisa lebih baik dari sebelumnya dan berusaha untuk lebih aktif, produktif, dan inspritaif dalam menulis.
- Yakinkan diri Anda, bahwa malas itu temannya syaithan. Malas itu bukan budaya orang sukses. Malas itu budaya orang hina dan rendahan. Padahal, Anda ingin sukses! Jadi, jangan sia-siakan hidup Anda hanya dengan bermalas-malasan di kamar kost Anda. Bangkit dan berdirilah, Anda pasti bisa menjadi orang sukses. Tak hanya sebatas sukses menulis dengan tulisan berkualitas, tapi Anda sukses membuat orang lain menjadi baik dengan tulisan Anda yang inspiratif dan bermanfaat. Anda sukses meraup pahala yang bayak dengan tulisan Anda, dan itu mudah.
Tips itu bukan pembatasan, jika Anda punya yang lain, silahkan share tips itu di sini, agar semua orang bisa merasakan manfaatnya. Dan saya juga bagian dari orang-orang pemalas tadinya. Tapi, apa yang saya katakan, tak ingin saya buang ke tempat sampah. Tapi, ingin saya implementasikan dalam kehidupan saya, agar saya bisa kembali produktif dan lebih inspriratif dalam menulis. Saya berdoa agar tulisan saya adalah tulisan yang bermanfaat bagi agama, masyarakat, dan bangsa. Tulisan yang memberikan kebaikan berlimpah di dunia dan di akhirat, berpahala yang berlipat. Dan saya ingin menjadi salah satu penulis yang baik, saya yakin pasti bisa, dengan izin Allah ta’ala. Amiin.
Ini saja posting pertama untuk awal memasuki dunia semangat menulis di blog. Sampai jumpa di artikel selanjutnya (semoga tetap semangat dan nggak loyo lagi).
“Jagalah kantung iman Anda, jangan sampai digerogoti oleh tikus!”
(Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullah)
assalamu’alaikum
untuk saudaraku salafiyyin, semoga link berikut ini bermanfaat..silakan dunlut nasihatnya…
Sudah hampir 20 hari sejak tulisan ini dimuat loh nif… update required ! hihihi
wah..
semangat akh..
ditunggu tulisan lanjutannya..
Sibuk masih tetap bisa menulis tulisan yang bagus, karena menulis (artikel/pendapat dll) merupakan salah satu kesibukannya. tentu saja bisa enjoy walapun sibuk.
yg semangat dik..
ihrish ala ma yanfa-uka……